Sejarah dan Profil Klub Persib Bandung
Sejarah dan Profil Klub Persib Bandung. Persib memiliki kepanjangan Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung. Tentu saja markas besarnya berada di kota Bandung. Persib adalah klub sepakbola Indonesia yang paling besar. Klub ini mendapat julukan Maung Bandung dan Pangeran biru. Sementara para penggemar Persib disapa dengan sebutan Bobotoh yang tersebar di wilayah Jawa barat dan Banten. Saat ini Persib Bandung juga mengikuti laga Liga 1 Indonesia. Agar lebih mengenal klub sepakbola Indonesia ini, silakan menyimak sejarah dan profil klub Persib Bandung.
Sejarah Persib Bandung
Persib Bandung juga tidak kalah memiliki sejarah yang panjang. Klub ini rsmi didirikan pada 14 Maret 1933. Namun sebelum resmi didirikan, awal mula Persib terbentuk karena adanya Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond. Organisasi ini berdiri pada tahun 1923. BIVB adalah sebuah organisasi yang diketuai Syamsudin. Kala itu, BIVB menggunakan lapangan Tegallega untuk tempat latihan para pemain. Organisasi inilah yang menjadi cikal akal berdirinya Persib Bandung.
Setelah era pemerintah Hindia Belanda diganti dengan penjajahan Jepang, aktivitas BIVB berhenti. Namun setelah Indonesia merdeka, Persib melebarkan sayap dengan mengembangkan eksistensinya di berbagai daerah. Seperti misalnya di Tasikmalaya, Sumedang, hingga di Yogyakarta. Hal ini membuktikan, bahwa Persib mampu menjadi klub sepakbola Indonesia yang kuat.
Persib Bandung juga mengikuti berbagai pertandingan. Salah satu pertandingan yang tidak ketinggalan adalah Liga 1 Indonesia. Persib Bandung mulai ikut kompetisi Liga 1 Indonesia sejak tahun 1994 hingga saat ini. Selama mengikuti kompetisi tersebut, Persib Bandung mengalami pergantian pemain dan pengurus. Bahkan, saat Liga Indonesia pertama digelar, Persib Bandung sudah mampu menjadi juara pertama.
Profil Persib Bandung
Persib Bandung berada di bawah kepemilikan PT Persib Bandung bermartabat. Posisi Presiden klub dijabat oleh Glen Sugita dengan manajer Umuh Muchtar. Sedangkan pelatih klub sepakbola Indonesia ini adalah Djajang Nurjaman. Persib Bandung memiliki kandang sendiri yaitu Gelora bandung Lautan Api atau Stadion Si Jalak Harupat.
Saat akan berlaga di Liga 1 Indonesia tahun 2017, Persib Bandung diperkuat oleh pemain-pemain lokal dan asing. Persib Bandung telah mengumumkan 25 pemain baru untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemain asing yang membela Persib Bandung antara lain Michael Essien, Carlton Cole, Shohei Matsunaga, Sergio Van Dijk, dan Vladimir Vujovic.
Posisi kiper diisi oleh I Made Wirawan, Muhammad Natsir Mahbuby, dan Imam Arif. Pada posisi belakang, diisi oleh pemain seperti Vladimir vujovic, Achmad jufriyanto, Wildansyah, Supardi, Toby Sucipto, Jajang Sukmara, dan Henhen Herdiana. Pada posisi tengah akan diisi oleh pemain seperti Hariono Kim Jeffrey Kurniawan, Dedi Kusnandar, Gian Zola Nasrullah, Ahmad Subagja, Michael Essien, Raphael Maitimo, Febri Hariyadi, dan Agung Mulyadi. Sedangkan posisi depan akan diisi oleh Sergio Van Dijk, Tantan, Shohei Matsunaga, Carlton Cole, dan Angga Febriyanto.
Sejarah dan Profil Klub Persija Jakarta
Sejarah dan Profil Klub Persija Jakarta. Ibukota Jakarta sudah pasti memiliki klub sepakbola andalan. Klub tersebut adalah Persija atau kepanjangan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta. Klub kebanggaan warga Jakarta ini memiliki julukan Macan Kemayoran. Persija juga memiliki penggemar fanatik yang biasa disebut dengan Jakmania. Saat ini, Persija juga ikut bertanding di Liga 1 Indonesia. Seperti klub-klub sepakbola Indonesia lainnya, Persija juga melalui sejarah cukup panjang. Ingin tahu sejarah dan profil klub Persija Jakarta? Berikut akan diulas selengkapnya.
Sejarah Persija Jakarta
Persija sudah mulai dibentuk sejak era Hindia Belanda. Persija didirikan tepatnya pada 28 November 1928. Dahulu klub ini bernama Voetbalbond Indonesische Jacatra atau VIJ. Setelah Indonesia mampu merebut kemerdekaan, VIJ berubah nama menjadi Persija. Meskipun Indonesia sudah terjerat dari pemerintah Hindia Belanda, masih ada organisasi dan perserikatan saingan Persija. Organisasi tersebut adalah Nederlandsch Indisch Voetbal Unie dan Voetbalbond Batavia en Omstreken.
Pada akhirnya organisasi dan perserikatan tersebut dibubarkan secara resmi. Hal ini dikarenakan suasana yang tidak kondusif. VIJ sendiri merupakan pioner terbentuknya PSSI atau Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. Sedangkan VBO selanjutnya bersedia bergabung dengan klub sepakbola Indonesia Persija.
Perjalanan karir Persija di dunia sepakbola Indonesia memang tidak mudah. Perjalanan karirnya banyak diwarnai masalah finansial. Pada tahun 2015, bahkan Persija menunggak memberikan gaji kepada pemainnya. Namun saat posisi direktur dijabat oleh Gede Widiade, finansial Persija mulai stabil.
Saat FIFA menjatuhkan sanksi pada dunia sepakbola di Indonesia, kekuatan Persija juga menurun. Persija tidak bisa ikut dalam pertandingan-pertandingan resmi. Sebagai gantinya, Persija mengikuti laga Indonesia Soccer Championship. Saat mengikuti laga Piala Presiden 2017, Persija tidak mampu mengungguli lawan. Persija hanya mampu menembus hingga grup B dengan lawan seperti PS TNI, Bhayangkara FC dan Arema FC.
Profil Persija Jakarta
Klub yang tergabung dalam kompetisi Liga 1 Indonesia ini dilatih dan dimanajeri oleh Stefano Cugurra. Ia merupakan pelatih berkebangsaan Brazil. Pemilik klub ini sekarang adalah PT Persija Jaya dengan Presiden Klub dijabat oleh Ferry Paulus. Persija juga memiliki kandang pertandingan, yaitu di stadion Patriot Candrabhaga.
Dalam kompetisi Liga 1 Indonesia, terjadi perombakan pemain tim. Mayoritas pemain tersebut adalah pemain lokal dan sebagian pemain asing. Pemain asing kebanyakan berkebangsaan Brazil, antara lain Luiz Junior, Willian Pacheco, dan Bruno Lopez. Sedangkan pemain asing lain berasal dari Nepal yaitu Rohit Chand. Luiz Junior sendiri merupakan pemain transfer dari klub Madura United.
Pemain lokal Persija juga tidak kalah handal. Deretan pemain lokal tersebut antara lain Bambang Pamungkas sebagai kapten, Ismed Sofyan sebagai wakil kapten, Irfandy Zein, Ryuji Utomo, Vava Mario Yagalo, Maman Abdurrahman, Ramdani Lestaluhu, Sutanto Tan, Rudi Widodo, dan masih banyak lainnya. Daftar squad ini masih bisa mengalami perubahan pemain.
Sejarah dan Profil Klub PSM Makassar
Sejarah dan Profil Klub PSM Makassar. PSM Makassar merupakan kepanjangan dari Persatuan Sepak bola Makassar. PSM Makassar menjadi salah satu klub sepakbola Indonesia yang kuat. Hal ini ditunjukkan dengan penampilan klub ini sebanyak tiga kali pada ajang Liga Champion Asia. Klub yang masuk daftar Liga 1 Indonesia ini juga menorehkan catatan prestasi yang membanggakan. Kemudian bagaimana awal mula berdiri dan profil singkat klub ini? Simak ulasan sejarah dan profil klub PSM Makassar berikut ini.
Sejarah PSM Makassar
PSM Makassar mulai berdiri sudah sejak 2 November 1915. Kala itu, tim sepakbola Indonesia ini memiliki nama Makassar Voetbal Bond atau MVB. Pemain-pemain tim ini berasal dari warga pribumi dan Hindia Belanda. Tahun 1926 hingga 1940, MVB sudah berlaga di berbagai pertandingan nasional hingga internasional.
Sekitar tahun 1940, kegiatan MVB berhenti secara total. Hal ini dikarenakan Jepang mulai memasuki Kota Makassar dan menghilangkan segala aturan pemerintah Hindia Belanda, termasuk tim sepakbola. Namun Jepang akhirnya memperbolehkan adanya tim sepak bola di Makassar. Hingga pada akhirnya lahirlah PSM Makassar.
Berbeda saat penjajahan Belanda dan Jepang. Setelah Indonesia merdeka, kesempatan PSM Makassar semakin terbuka lebar. Hal ini dikarenakan klub yang masuk daftar Liga 1 Indonesia ini bekerja sama dengan PSSI. Hal ini kemudian membuat PSM Makassar mendapatkan prestasi lebih banyak. Selain itu, mulai bermunculan pemain-pemain handal. Salah satu pemain yang mencatat sejarah adalah Ramang.
Profil PSM Makassar
Saat ini, tim yang memiliki Juku eja atau ayam jantan dari timur ini dilatih oleh Robert rene alberts. Pria berkebangsaan Belanda ini sekaligus menjadi manajer tim. Pemilik atau owner dari tim ini adalah PT Persaudaraan Sepakbola Makassar. Sementara Presiden klub saat ini dijabat oleh Sadikin Aksa. Stadion yang menjadi kandang tim sepakbola Indonesia ini adalah stadion Andi Mattalatta di Makassar.
Pada tahun 2017, PSM Makassar didukung oleh pemain-pemain handal. Posisi kiper akan ditempati pemain antara lain Denny Marcel, Rivki Mokodompit, Syaiful dan Hilman. Pada posisi depan, akan diisi pemain antara lain Ferdinand Sinaga, Reinaldo Elias Da Costa, M Rahmat, Romario, Titus Bonai dan Andri Faisal Amru.
Pada posisi tengah, akan diisi oleh Rasyid Bakrie, Muhammad Arfan, Rizky Pellu, Syamsul Bahri Chaeruddin, Asnawi Mangku Alam, William Jan Pluim, Ardan Aras, Marc Anthony Klok, Ridwan Tawainella, dan Gozali Siregar. Sementara untuk pemain belakang, antara lain Hamka Hamzah, Steven Paulle, Zulkifly Syukur, Wasyiat Hasbullah, Reva Aditia Utama, Hendra Wijaya, Faturrahman, Syafei, dan Nurhidayah.
PSM Makassar juga dikenal memiliki pendukung yang sangat banyak. Para pendukung tim sepakbola Indonesia ini memiliki kelompok yang berjumlah 16. Nama kelompok pendukung tersebut seperti Hasanudin, Karebosi, Antang community, Ikatan Suporter Makassar, dan lainnya. Nah, itulah sejarah dan profil PSM Makassar yang perlu diketahhui.
Sejarah Dan Profil Klub Bali United
Sejarah Dan Profil Klub Bali United. Bali United adalah salah satu klub sepakbola Indonesia dengan level atas yang mengikuti Liga 1 Indonesia tahun 2017. Berbicara soal peserta Liga 1 Indonesia, Bali United hadir kembali untuk turut mewarnai persaingan dalam pertunjukan sepakbola Indonesia. Sebelum membahas lebih banyak tentang klub Bali United di Liga 1 Indonesia, akan lebih lengkap jika para penggemar sepakbola Indonesia juga mengetahui tentang sejarah dan profil klub Bali United.
Sejarah Klub Bali United
Berawal pada tahun 1989, didirikan dua buah klub dengan nama Persisam (Persatuan Sepak Bola Samarinda) yang didanai oleh Pemerintah Kota Samarinda dan Pusam (Putra Samarinda) yang didanai oleh pihak swasta. Saat pertandingan semi-profesional yang dicampur dengan Perserikatan yang selanjutnya menjadi Liga Indonesia, klub Pusam sempat vakum. Sedangkan klub Persisam masih terus bergelora mengukir prestasi saat itu.
Pada tahun 2002/2003, prestasi Persisam juga sempat menurun. Sehingga pada tahun selanjutnya, Persisam mulai bangkit kembali dan bahkan dua klub Persisam dan Pusam saling bergabung menjadi satu klub dengan nama Persisam Putra Samarinda. Gabungan klub ini memiliki julukan prestasi, yakni Pesut Mahakam.
Pada pertandingan selanjutnya, Pesut Mahakam berhasil meraih banyak prestasi, diantaranya ia berhasil meraih delapan besar divisi dua pada tahun 20015, lalu naik ke peringkat tiga grup 4 divisi satu pada 2007. Klub ini di kasta level ke dua dan membobol divisi utama pada tahun 2008/2009. Prestasi prestasi yang diraih mampu membawa mereka memenangkan juara divisi utama dan memperoleh tiket promosi menuju Superliga 2009/2010.
Demi meningkatkan prestasi dan daya jual klubnya dalam kancah sepakbola Indonesia, Persisam Putra Samarinda mengubah nama klubnya menjadi Bali United Pusam Football Club pada tahun 2015, yang selanjutnya dikenal sebagai Bali United.
Dengan bergantinya nama klub tersebut, Bali United membawa nama Pesut Mahakam berpindah stadion dari Stadion Palaran di Samarinda menuju ke Stadion 1 Wayan Dipta di Gianyar, Bali. Meskipun tidak berawal dari Bali, klub Bali United kini selalu membuat warga Bali bersorak untuk untuk mendukung pertarungan sepakbola Indonesia, khususnya Bali United.
Profil Bali United
Setelah mengetahui sejarah terbentuknya salah satu peserta Liga 1 Indonesia, Bali United, berikut akan dipaparkan profil tentang klub Bali United.
Bali United didirikan pada tahun 1989 di Samarinda, dengan dua klub yang masih terpisah. Pada tahun 2003, dua klub tersebut bergabung menjadi satu, lalu pada tahun 2015 baru menjadi sebuah klub dengan nama Bali United yang menetap di Gianyar, Bali. Klub ini memiliki julukan “Serdadu Tridatu” dengan julukan prestasi “Pesut Mahakam”.
Pemilik Bali United adalah PT Bali Bintang Sejahtera, dengan CEO Yabes Tanuri. Indra Sjafri sebagai kepala pelatih dengan tiga pelatih lainnya, yakni Nursaelan, Eko Purjianto, dan Jarot Supriadi.
Sejarah PSMS Medan
PSMS Medan pernah sangat ditakuti di blantika sepak bola nasional, khususnya di era Perserikatan. Diproklamirkan 21 April 1950, tim berjuluk Ayam Kinantan lima kali juara Perserikatan, yakni pada 1967, 1971, 1975 (juara bersama Persija Jakarta), 1983, dan 1985. Tak hanya sederet prestasi, tentu saja. Tim yang bermarkas di Stadion Teladan, Medan, Sumatera Utara, juga mengentaskan sederet pemain top yang selain menjadi legenda klub juga berperan besar bagi tim nasional.
Siapa yang tak kenal Parlin Siagian, Nobon, Anjas Asmara, Sarman Panggabean, Tumsila, Ricky Yacobi, Marzuki Nyakmad, Ponirin, Iwan Karo-Karo, Sunardi A, Sunardi B, Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Reswandi, dan Markus Horison?
PSMS tak lahir begitu saja. Dia lahir dari sejarah yang panjang, berliku-liku, bahkan sebelum Republik Indonesia terbentuk. Pada 1930 berdirilah MSV (Medansche Voetbal Club). Sekelompok anak-anak muda, dari berbagai kelompok, bermain bola bersama. Seiring berjalannya waktu, terbentuklah PSMS, Persatuan Sepak Bola Medan Sekitarnya. PSMS memilih daun tembakau sebagai logo, karena di Medan, kala itu, tumbuh subur tembakau.
Di Indonesia, tak banyak yang mendapat julukan 'kota sepak bola' dan Medan adalah salah satunya, selain Surabaya, Bandung, Makassar, dan Jakarta. Terbukti, tim-tim inilah yang menjadi langganan PSMS bertemu di final Perserikatan. Bagi meraka yang berusia di atas 40, masih teringat jelas bagaimana dahsyatnya final Perserikatan pada 1984. Di final, PSMS bertemu Persib Bandung, tim terkokoh di Jawa Barat.
Pertarungan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (Stadion Utama Senayan). Laga menyedot ribuan pendukung kedua tim. Ditaksir, final disaksikan lebih kurang 120 ribu penonton dan masuk Museum Rekor Indonesia (MuRI) sebagai pertandingan yang menyedot penonton terbanyak sepanjang sejarah sepak bola dalam negeri. Laga yang berlangsung ketat, yang juga menguras tenaga, dimenangkan PSMS.
Medan bepesta, Sumatera Utara bergelora. Setahun kemudian, PSMS dengan musuh yang sama di partai puncak, juga tampil sebagai yang terbaik. Persib saat itu diperkuat sederet pemain top yang kemudian menjadi legenda tanah Pasundan, di antaranya Ajad Sudrajat, Robby Darwis (kini asisten pelatih Persib Bandung), Kosasih, Sukowiyono, dan Iwan Sunarya.
"Saya tak akan pernah melupakan pertandingan melawan Persib. Ratusan ribu orang menyaksikan langsung di stadion, belum lagi jutaan pasang mata melalui televisi. Ketika menang dan menjadi juara, kami dielu-elukan, bahkan ketika sampai di Bandara Polonia Medan. Saya dan kawan-kawan merasa seperti pahlawan," kata Sunardi A, saat saya menemuinya di Medan beberapa waktu silam.
Perjalanan PSMS di kancah sepak bola nasional tak melulu mulus. Seiring berjalannya waktu, Ayam Kinantan kerap dililit persoalan pelik. Konflik internal, di mana keegoan lebih ditonjolkan, PSMS babak belur dan pelan-pelan tenggelam sonder prestasi.
Pada 1994, era Perserikatan, kompetisi yang sangat dinanti-nanti seluruh rakyat Indonesia, karena fanatisme daerah dipertaruhkan, berlalu sudah. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesioa (PSSI) selaku otorita sepak bola dalam negara melebur Perserikatan dan Galamata (kompetisi profesional antar klub saat itu) ke dalam satu kompetisi bernama Liga Indonesia.
PSMS tak punya catatan bagus di Liga Indonesia. Tim kebanggaan warga Medan harus menunggu lama untuk mencicipi posisi bergengsi, yakni pada 2007. Diperkuat trio Sumatera Utara, Mahyadi Panggabean, Saktiawan Sinaga, dan Markus Horison, PSMS tampil sebagai runner up. Sejak saat itu, Ayam Kinatan tak lagi nyaring 'berkokok'. Bahkan, fans setia mereka harus menerima kenyataan, setahun setelah bercokol sebagau runner up Liga Indonesia, PSMS degradasi ke Divisi Utama.
Kini, PSMS tampil di Indonesia Super League (ISL) 2011/2012. Keikutsertaan mereka di ISL, kompetisi paling bergengsi di tanah air, punya cerita sendiri, yang mau tidak mau, enak atau tidak, menjadi bagian dari perjalan sejarah PSMS ke depan. Kepengurusan PSSI di bawah Djohar Arifin Husin, dengan alasan yang kurang kuat dan akurat, memasukkan enam tim ke kompetisi level satu. Keenam tim tersebut adalah Bontang FC, Persema Malang, PSM Makassar, Persibo Bojonegoro, Persebaya, dan PSMS.
Keputusan ini kontan memantik protes klub-klub lain, khususnya anggota ISL. Keputusan Djohar dituding mencederai semangat fair play dalam sepak bola. Persema, Persibo, dan PSM seyogyanya tak bisa tampil ke kompetisi level satu karena tengah menjalani sanksi PSSI era Nurdin Halid, terkait keterlibatan mereka di Liga Prima Indonesia, kompetisi gagasan Arifin Panigoro yang tak diakui PSSI dan FIFA.
Sementara, Persebaya dan PSMS tak bisa tampil lantaran tak punya prestasi mentereng di Divisi Utama.
Tim yang bisa tampil ke jenjang selanjutnya adalah tim juara dan peringkat dua Divisi Utama. Keempat tim yang berhak adalah Persiba Bantul, Persiraja Banda Aceh, Mitra Kutai Kartanegara dan Persidafon Dafonsoro. Sedangkan Bontang FC tak layak karena mereka degradasi ke Divisi Utama. Masuknya enam tim tambahan membuat kuota bertambah. Padahal, berdasarkan Kongres Tahunan PSSI di Bali pada Januari 2011 memutuskan bahwa kompetisi tertinggi hanya boleh diikuti 18 tim.
Klub-klub terbelah, tak terkecuali PSMS: ISL dan IPL. Banyak yang sedih, tak sedikit yang menangis. PSMS, tim kebanggaan warga Medan itu, tercabik-cabik. "Masyarakat bisa menilai, mana PSMS asli mana yang palsu. Masyarakat Medan masih mengakui kami. Buktinya, setiap kami bermain di kandang, stadion selalu penuh. Demikian juga dengan partai tandang. Masyarakat asal Sumatera Utara menyambut kami dengan dukungan langsung ke stadion," kata Idris, CEO PSMS yang bermain di ISL. "Kamilah PSMS yang asli," imbuhnya, seraya menatap saya, tatkala saya menanyakan mana PSMS yang sejati.
Idris hakul yakin, PSMS yang sudah lama terpuruk, bakal bangkit kembali. Selain masih mendapat dukungan penuh fans, Ayam Kinantan juga membenahi materi pemain, termasuk rencana pembangunan stadion baru. Stadion Teladan dinilai sudah tak layak lagi menyelenggarakan pertandingan ISL. "Stadion baru akan dibangun di daerah Helvetia, masih di kota Medan juga. Akses ke sana juga tak susah, tak sampai satu jam dari Bandara Polonia," kata Idris.
Jalan masih terjal, juga berliku-liku. PSMS tak hanya butuh waktu, materi pemain, dan infrastruktur yang bagus, tapi juga hati. Satu hati, satu mimpi, satu pergumulan. Tanpa itu, nonsens. Ayo Ayam Kinantan, berkokoklah lantang!
Prestasi PSMS Medan
Perserikatan
1954: Runner-up
1957: Runner-up
1967: Juara
1971: Juara
1975: Juara
1983: Juara
1985: Juara
1992: Runner-up
Liga Indonesia
1994/1995: Peringkat ke-9 Divisi Utama
Wilayah Barat
1995/1996: Peringkat ke-11 Divisi Utama
Wilayah Barat
1996/1997: Peringkat ke-10 Divisi Utama
Wilayah Tengah
1997/1998: Peringkat ke-1 Divisi Utama
Wilayah Tengah (liga dihentikan)
1998/1999: Semifinalis Divisi Utama (juara Grup A, peringkat ke-2 Grup Q Babak 10 Besar)
1999/2000: Babak Delapan Besar Divisi Utama (peringkat ke-4 Wilayah Barat)
2001: Semi-Final Divisi Utama (juara Wilayah Barat, juara Grup Barat Babak 8 Besar)
2002: Peringkat ke-11 Divisi Utama (degradasi)
2003: Divisi Satu, Peringkat ke-2 (juara Grup A)
2004: Peringkat ke-7 Divisi Utama
2005: Peringkat ke-4 Divisi Utama
2006: Peringkat ke-5 Wilayah 1
2007: Runner-up
2009/10: Peringkat ke-9 Grup 1
Superliga Indonesia
2008/09: Peringkat ke-15 (kalah adu penalti 7-6 dari Persebaya Surabaya dalam laga play-off, degradasi ke Divisi Utama)
Gelar Lain
2005: Juara Piala Emas Bang Yos II, di final mengalahkan tim asal Singapura Geylang United FC 5-1.
2005: Juara Piala Emas Bang Yos III, di final mengalahkan Persik Kediri 2-1.
2006: Juara Piala Emas Bang Yos IV, di final mengalahkan PSIS Semarang dengan 4-2 melalui drama adu penalti dan PSMS dinobatkan sebagai pemilik abadi Piala Emas
Bang Yos.
Piala Indonesia
2005: Semi-Final
2006: Semi-Final
2007: Perempat-Final
2008/09: Perempat-Final
2009/10: tidak berpartisipasi
Sejarah Persebaya Surabya
Berdiri: 1927
Alamat: Jl. Karanggayam No. 1 Indonesia
Telpon: +62 (0) 31 503 2250
Ketua: Saleh Ismail Mukadar (Ketua Umum)
Direktur: Ny. Indah Kurnia (Manajer Tim)
Stadion: Gelora 10 November, Tambaksari
Sejarah
Posisi akhir musim 2008/09: Peringkat 4 Divisi Utama
Nama Stadion: Stadion Gelora 10 November Tambaksari (Kapasitas 30.000)
Tanggal Berdiri: 18 April 1927
Julukan: Bajul Ijo, Green Force
Kelompok Suporter: Bonek Mania
Sejarah Singkat:
Persebaya didirikan pada 18 Juni 1927 dengan nama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond [SIVB]. Tim kota Pahlawan ini juga turut berperan dalam pendirian PSSI. Pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja [Persatuan Sepakbola Indonesia Soerabaja].
Tahun 1960, nama Persibaja diubah menjadi Persebaya [Persatuan Sepakbola Surabaya], dan menjadi salah satu raksasa bersama Persib dan Persija. Prestasi gemilang terus terjaga ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994.
Selain ulah suporternya, Persebaya juga selalu diwarnai kontroversi. Saat menjuarai kompetisi Perserikatan pada tahun 1988, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah 'sepakbola gajah', karena mengalah kepada Persipura Jayapura 12-0 untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang. Taktik ini membawa hasil, dan Persebaya berhasil menjadi juara.
Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I.
Tiga tahun kemudian atau tahun 2005, Persebaya menggemparkan publik sepak bola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar sehingga memupuskan harapan PSIS dan PSM untuk lolos ke final.
Atas kejadian tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia. Namun, skorsing direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia.
*Pemain Bintang:
- Ngon A Djam
Ujung tombak asal Kamerun ini bakal mempunyai peran besar di Persebaya. Ketajaman Ngon A Djam tidak perlu diragukan lagi bila berkaca dari performanya di musim lalu. Selain tajam, Ngon A Djam juga sering memberikan umpan matang kepada rekan satu tim.
- Wijay
Pemain berambut gondrong ini bakal menjadi tembok pertahanan pertama bagi Persebaya. Sempat dipanggil masuk pelatnas timnas senior, namun kalah bersaing. Wijay tipe pekerja keras, karena tidak mengenal lelah, baik saat membantu pertahanan mau pun ketika menyerang.
- Andik Vermansyah
Menjadi idola suporter Persebaya. Andik merupakan jebolan sekolah sepakbola Persebaya. Gelandang serang ini dinilai mempunyai skill dan gocekan yang cukup bagus serta kecepatan yang mumpuni.
Nama Pelatih:
Danurwindo
Catatan Prestasi:
4 kali juara Perserikatan (1950, 1951, 1952, 1978)
10 kali runner-up Perserikatan (1938, 1942, 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1981, 1987, dan 1990)
1 kali juara Divisi I Liga Indonesia (2002/03)
2 kali juara Liga Indonesia (1996/97, 2003/04)
Persatuan Sepak bola Surabaya (disingkat Persebaya) adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Persebaya pada musim 2006 bermain di Divisi Satu Liga Indonesia.
Suporter Persebaya dikenal sebagai bonek (bondo nekat) dengan paradigma baru Para bonek terkenal akan dukungannya yang luar biasa sebagaimana kelompok suporter lain. Bonek biasa pergi ke stadion dengan bekal cukup, walaupun ke kandang lawan. Bonek biasa pula menghadang kereta api yang searah dengan tujuan berangkat meskipun menghadang tapi membayar dengan uang kontan.
Persebaya didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927. Pada awal berdirinya, Persebaya bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Pada saat itu di Surabaya juga ada klub bernama Sorabaiasche Voebal Bond (SVB), bonden (klub) ini berdiri pada tahun 1910 dan pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di Surabaya.
Pada tanggal 19 April 1930, SIVB bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung (sekarang Persib Bandung), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. SIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh M. Pamoedji. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. SIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1938 meski kalah dari VIJ Jakarta.
Ketika Belanda kalah dari Jepang pada 1942, prestasi SIVB yang hampir semua pemainnya adalah pemain pribumi dan sebagian kecil keturunan Tionghoa melejit dan kembali mencapai final sebelum dikalahkan oleh Persis Solo. Akhirnya pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja). Pada era ini Persibaja diketuai oleh Dr. Soewandi. Kala itu, Persibaja berhasil meraih gelar juara pada tahun 1950, 1951 dan 1952.
Tahun 1960, nama Persibaja dirubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya). Pada era perserikatan ini, prestasi Persebaya juga istimewa. Persebaya adalah salah satu raksasa perserikatan selain PSMS Medan, PSM Makassar, Persib Bandung maupun Persija Jakarta. Dua kali Persebaya menjadi kampiun pada tahun 1978 dan 1988, dan tujuh kali menduduki peringkat kedua pada tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987, dan 1990.
Prestasi gemilang terus terjaga ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994. Persebaya merebut gelar juara Liga Indonesia pada tahun 1997. Bahkan Persebaya berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang dua kali menjadi juara Liga Indonesia ketika pada tahun 2005 Green Force kembali merebut gelar juara. Kendati berpredikat sebagai tim klasik sarat gelar juara, Green Force juga sempat merasakan pahitnya terdegradasi pada tahun 2002 lalu. Pil pahit yang langsung ditebus dengan gelar gelar juara Divisi I dan Divisi Utama pada dua musim selanjutnya.
*Pemain-pemain terkenal
Persebaya juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional Indonesia baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Abdul Kadir, Rusdy Bahalwan, Rudy Keltjes, Didiek Nurhadi, Soebodro, Riono Asnan, Yusuf Ekodono, Syamsul Arifin, Subangkit, Mustaqim, Eri Irianto, Bejo Sugiantoro, Anang Ma'ruf, Hendro Kartiko, Uston Nawawi, Chairil Anwar, dan Mursyid Effendi merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persebaya.
Salah satu yang cukup dikenang adalah Eri Irianto, pemain timnas era 1990-an yang meninggal dunia pada tanggal 3 April 2000 setelah tiba tiba menderita sakit saat Persebaya menghadapi PSIM Yogyakarta dalam pertandingan Divisi Utama Liga Indonesia 1999/2000. Eri Irianto meninggal di rumah sakit pada malam harinya. Nama Eri kemudian dipakai sebagai nama Wisma/Mess Persebaya yang diresmikan pada tanggal 25 April 1993.
Persebaya pernah mendapat pemain yang sangat berkualitas di ajang Liga Djarum 2005, pemain itu bernama Zeng Cheng ia berposisi sebagai Kiper. Zeng Cheng berasal dari China dan bagusnya ia membela Timnas U-20 China sebagai Kiper Cadangan. Dan sekarang, Zeng Cheng masuk daftar Kiper ketiga di Timnas Senior China.
Pada tahun 2009 Persebaya Surabaya telah mendapatkan pemain bintang asli Indonesia diantaranya : Wijay, Korinus Fingkreuw dari Sriwijaya FC, dan Supriyono dari Persija Jakarta. Dimana tiga pemain ini pernah membela Timnas Indonesia di ajang Internasional. Dan tak lupa Persebaya Surabaya telah mendatangkan pemain asing yang sangat bagus diantaranya : Ngon A Djam asal Kamerun, John Tarkpor Sonkaley yang juga Pemain Timnas Liberia, Josh Maguire asal Australia, Dan Defender senior asal Jepang Takatoshi Uchida.
*Kejadian kontroversial
Selain itu, dalam perjalanannya, Persebaya beberapa kali mengalami kejadian kontroversial. Saat menjuarai Kompetisi Perserikatan pada tahun 1988, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah "sepak bola gajah" karena mengalah kepada Persipura Jayapura 0-12, untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang yang pada tahun sebelumnya memupuskan impian Persebaya di final kompetisi perserikatan. Taktik ini setidaknya membawa hasil dan Persebaya berhasil menjadi juara perserikatan tahun 1988 dengan menyingkirkan PSMS 3 - 1
Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salahsatu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I. Tiga tahun kemudian atau tahun 2005, Persebaya menggemparkan publik sepak bola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar sehingga memupuskan harapan PSIS dan PSM untuk lolos ke final. Atas kejadian tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia.Namun, skorsing diubah direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia.
Kontroversi yang lain adalah pemerkosaan yang dilakukan oleh pemain Persebaya terhadap seorang gadis bernama Yuli. Pemain Persebaya yang berinisial AL itu memperkosa gadis yang menjadi fans Persabaya di rumah kostnya. Akibat kejadian itu, AL dihukum larangan bertanding seumur hidup.
*Sponsor
* Sponsor Utama : AIM Biscuits
* Apparel : Diadora
Sejarah Dan Profil Klub Madura United
Sepakbolaindo – Sejarah Dan Profil Klub Madura United. Klub sepak bola yang satu ini bisa dibilang sebagai klub kebanggaan dari masyarakat Bangkalan, Madura. Dahulu kala nama klub Madura United ini adalah Persipasi Bandung Raya. Meskipun statusnya masih sebagai klub yang baru, namun klub yang satu ini untuk prestasinya tidak kalah dengan klub lainnya yang lebih dahulu berdiri. Stadion utamanya berada di Gelora Bangkalan stadium dengan kapasitasnya sekitar 15 ribu penonton. Tentunya angka tersebut sangatlah banyak sekali untuk kategori penonton. Menurut prediksi Madura United ini bakalan memberikan kejutan saat kompetisi liga 1 Indonesia pada musim yang akan datang.
Klub sepak bola Madura United ini didirikan sejak tanggal 10 Januari 2016 lalu. Tentu saja klub yang satu ini termasuk klub yang sangat baru sekali. Namun karena pengelolaan serta manajemen yang bagus, kini nama klub tersebut semakin melambung dalam kancah Nasional. Memang tidak ada yang tidak mungkin jika pengelolanya saja professional dan juga serius di bidangnya. Madura United memiliki nama maskot yakni Madruji yang artinya Madura rukun dan Terpuji. Pada dunia pesepakbolaan yang ada di Indonesia, klub yang satu ini memang memiliki sejarah yang panjang di dunia. Akan tetapi tentunya dengan hadirnya klub tersebut mampu menyatukan masyarakat Madura.
Pertama kalinya kompetisi nasional United ini dilakukan di Torabika Soccer Championship hingga akhir kompetisi ini, Madura United mampu menduduki juara pada posisi yang ketiga. Hingga akhirnya pada saat Kongres PSSI pada tanggal 08 Januari 2017,PSSI pun mengesahkan perubahan nama klub dari nama Pelita Bandung Raya menjadi Madura United FC. Bahkan konon kabarnya klub sepak bola Madura United ini bakal memiliki akademi sepak bola dengan tujuan membangun calon pemain yang profesional. Bahkan sekarang ini dari pihak manajemen maupun perusahaan operator yang menjadi pengelola Madura United ini sedang mempersiapkan sarana dan juga prasarana yang menjadi penunjang untuk akademi bola ini.
Untuk pertama kalinya akademi sepak bola ini hanya akan menghadirkan dua kelas untuk usia 16 hingga 18 tahun saja. Selama dalam proses pendidikan akademi, maka para siswa pun akan terikat dengan perjanjian. Klub sepak bola Madura FC merupakan salah satu klub sepak bola profesional pada Liga 1. Bahkan klub sepak bola Madura United ini juga sudah memiliki banyak pendukung yang tersebar pada empat kabupaten Madura yaitu Kabupaten Sampang, Madura, Pamekasan dan juga kabupaten Bangkalan.
Tentunya, dengan hadirnya klub sepak bola ini semakin memajukan kota Madura. Apalagi semakin banyak prestasi yang sudah mereka raih ini mampu membuat kita merasa bangga dengan klub sepak bola. Terlebih saat ini sudah terbentuk akademi sepak bola yang mampu menghadirkan pemain sepak bola professional.